Sambutan Kepala Sekolah :


Assalamua'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNYA semata kita bisa membuka/ menampilkan blog sederhana ini, agar masyarakat luas dapat mengetahui perkembangan kemajuan SMP Negeri 6 Jombang yang kita cintai.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa kehadiran teknologi informasi dan komunikasi sangat banyak manfaatnya, baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 6 Jombang.

Akhirnya tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menerbitkan adanya Web Blog SMP Negeri 6 Jombang, teriring doa semoga amal perbuatannya dicatat sebagai amal kebaikan oleh Allah SWT dan kami mengharapkan saran dan kritik demi kemajuan tampilan Web Blog dan peningkatan mutu SMP Negeri 6 Jombang dimasa-masa mendatang.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Minggu, 06 November 2011

Gajah Mada Tokoh Misterius Majapahit



Kita bersepakat bahwa kerajaan Yang pernah mencapai kejayaan terbesar di Indonesia adalah Majapahit. Dibalik kejayaan kerajaan yang bercorak Hindu ini, maka yang tidak bisa dilupakan namanya dalam membangun Majapahit adalah Gajah Mada, sosok misterius yang berhasil mempersatukan Nusantara ini dalam sebuah kesatuan yakni kerajaan Majapahit.
Gajah Mada banyak diungkap kemisteriannya, antara lain pada makalah disini. Gajah Mada terlahir sebagai orang biasa. Seorang rakyat biasa yang meniti karir dari bawah hingga duduk di puncak pengambilan keputusan negara yang berpengaruh. Sulit disangkal, salah satu faktor kuat mengapa Majapahit muncul sebagai kerajaan besar akibat pengaruh tokoh ini.
Upaya penyingkapan jatidiri Gajah Mada hendaklah menghindari pencampuadukan tersebut. Namun, pencampuran dengan dimensi religius tersebut paling tidak tetap dihargai sebagai upaya sebagian bangsa Indonesia kalangan untuk membanggakan tokohnya, terlebih Indonesia yang terus mencari figur untuk diteladani di masa “bellum omnium contra omnes” ini. Juga terdapat beberapa pendapat yang menyebut Gajah Mada adalah keturunan Mongol.Ia terlahir selaku anak dari salah satu pasukan Mongol yang diam di Jawa dan menikah dengan perempuan lokal. Argumentasi ini diambil oleh sebab di periode kelahiran Gajah Mada, wilayah Majapahit pernah diduduki atau paling tidak, diserang oleh Dinasti Yuan yang keturuan Mongol tersebut. Namun, pendapat ini tidak memiliki bukti-bukti konkrit berupa inskripsi, prasasti, epik dan sejenisnya. Pararaton dan Negara Kertagama tidak pernah menyebut soal tersebut.

Tatkala Gajah Mada jadi kepala pasukan Bhayangkara, meletus pemberontakan Ra Kuti, salah satu pejabat istana tahun 1319 M. Pemberontakan ini cukup menohok, oleh sebab si pemberontak mampu menduduki ibukota. Jayanagara berikut istri Raden Wijaya dan putrinya (Tribhuwanattungadewi, Gayatri, Wiyat, dan Pradnya Paramita) mengungsi ke Bedander. Selaku kepala pasukan keamanan, Gajah Mada memastikan keamanan raja dan keluarga. Setelah dinyatakan save, ia berbalik ke ibukota guna menyusun serangan balasan.
Ia meneliti kesetiaan rakyat dan pejabat Majapahit kepada Raja Jayanagara dengan memunculkan isu keterbunuhan raja. Menurut anggapannya, raja dan sebagian besar pejabat Majapahit menyayangkan kematian raja dan membenci perilaku Ra Kuti. Atas dasar ini, Gajah Mada menyusun serangan balasan secara kemiliteran, dan berhasil membalik keadaan. Pemberontakan Kuti pun dipadamkan. Raja dan keluarganya kembali ke ibukota.
Kebijakan Jayanagara ditopang oleh kemampuan politik Arya Tadah, mahapatih Majapahit. Fokus kebijakan raja dan mahapatih ini adalah stabilitas politik dalam negeri. Jadi, Majapahit belum lagi melakukan penaklukan ke pulau-pulau “luar” Jawa. Ini mengingat Gajah Mada belum memegang peran penting di dalam pembuatan keputusan politik level negara.
Atas jasanya memadamkan pemberontakan Kuti, Jayanagara menaikan status Gajah Mada dari sekadar komandan pasukan Bhayangkara menjadi menteri wilayah (patih) dua daerah kekuasaan Majapahit: Daha dan kemudian, Jenggala. Posisi tersebut cukup berpengaruh mengingat dua wilayah tersebut diwenangi oleh putri Tribuwanattunggadewi (Daha) dan Dyah Wiyat (Jenggala), dua saudari tiri Jayanagara. Jayanagara sendiri belumlah memiliki putra laki-laki selaku penerus tahta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar